Thursday, May 28, 2009

Alasan sebuah tangis..

"Kenapa kau menangis?" Anak lelaki itu bertanya pada sang gadis.


"Karena aku manusia yang masih memiliki perasaan, tidak seperti beberapa manusia lain." Jawab sang gadis.


"Apa yang membuatmu menangis?"


"Kenyataan," jawab sang gadis lagi. "Kenyataan bahwa manusia tidak sempurna, bahkan dalam hal mencintai."


"Aku tak mengerti..."


"Ya, tentu saja. Karena kau bukanlah manusia. Cinta yang kau miliki hanya untuk satu entitas." Sang gadis menyeka air matanya. "Coba gambarkan bagaimana cinta Tuhan kepada manusia."


Anak lelaki itu duduk di lantai. "Hmm... Tuhan mencintai manusia sebelum manusia mencintainya. Seorang manusia berkata begitu."


"Dan itu benar." Balas si gadis. "Sayangnya cinta manusia, sama seperti manusia sendiri, tidak sesempurna itu."


Si anak menggelengkan kepala.

"Cinta manusia seperti mainan puzzle gambar. Sepanjang hidupnya potongan demi potongan puzzle itu hilang. Sebagian besar manusia memiliki banyak potongan dan mereka beruntung. Sebagian kecil lainnya hanya memiliki beberapa bahkan satu potongan saja. Mereka tidak bisa mencintai orang lain lebih daripada mencintai satu orang tertentu entah sekeras apapun mereka berusaha."


"Lalu?"


"...Lalu... terkadang satu orang itu justru tidak boleh mereka cintai, tidak mencintai mereka, tidak bisa bersama mereka, atau keadaan lain yang menjadikan cinta mereka yang cuma untuk satu orang itu tidak bisa lengkap."


"Kau termasuk sebagian kecil orang itu?"


Gadis itu tersenyum, matanya masih penuh dengan air mata, ia tersenyum membenarkan kata-kata si anak lelaki.


"Mereka bilang, jika cinta kita adalah cinta sejati, maka kita akan bahagia apabila orang yang kita cintai bahagia. Mungkin dia bahagia, dan aku bahagia karena itu. Tapi aku sedih karena aku tidak bisa membahagiakannya. Karena itu, aku merasa hampa." Suara si gadis semakin lirih dari sebelumnya.


Si anak lelaki bangkit berdiri dan mendekati si gadis.

"Kalau begitu, menurutmu, apa aku sejatinya bisa merasa bahagia?"

"Entahlah..." jawab si bocah. "Lalu apa yang kau inginkan?"


Si gadis mengatupkan tangannya. "Aku ingin menghilang saja. Tapi sebelumnya, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Aku ingin berharap agar cinta manusia di muka bumi ini bisa tumbuh sebaik-baiknya. Aku ingin meminta agar tidak ada lagi manusia yang membunuh cinta mereka sendiri atau cinta orang lain seperti yang ia telah lakukan. Aku ingin manusia sadar bahwa Tuhan menganugerahi mereka perasaan cinta, dan meski cinta itu tidak sempurna, tapi cinta itu pada dasarnya ada. Apa menurutmu Tuhan akan mengabulkannya?"


"Entahlah." Si anak lelaki membelai rambut si gadis. "Semoga saja."

Gadis itu pun berdoa. Ia tidak meminta maaf atas dosa-dosanya di dalam doa itu, ia tahu bahwa Tuhan tahu semua hal mengenai dosanya dan penyesalannya. Ia meminta semua hal yang ia katakan sebelumnya di hadapan si anak lelaki, lalu di akhir doanya ia memohon kebahagiaan keluarganya, teman-temannya, dan seseorang yang paling dicintainya, seperti apa yang ia mohon setiap hari sebelum ia pergi tidur.


Seusai berdoa, gadis itu memejamkan matanya dan berbaring di ranjang. Ia tak menyeka air mata ataupun riasan wajahnya. Si anak lelaki menunggu sampai gadis itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sayang sekali, ia tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai malaikat malam itu sebab sang gadis mati karena sebotol racun yang ia minum beberapa menit lalu. Itu berarti sang anak tak bisa membimbing jiwanya dan menanyakan benda favorit si gadis seperti yang dilakukan malaikat kepada jiwa orang yang baru mati.


Tapi si anak lelaki itu sudah tahu: yang paling disukai si gadis itu adalah bantal kesayangannya, seorang pria di belahan dunia lain, dan cinta.

*****

No comments: